About Me

Monday, May 9, 2011

Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar


Proses belajar hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkembangana siswanya. Rentang usia anak siswa sekolah dasar berkisar antara 6 tahuna atau 7 tahun sampai dengan 12 tahun atau 13 tahun. (Suhaenah Suparno, 1999: 6).
Muhibin Syah (1955: 49) mengemukakan masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung antara usia 6 tahun sampai 12 tahun dengan ciri-ciri utama sebagai berikut:
1.      Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah memasuki kelompok sebaya (peer group)
2.      Keadaan fisik yang memungkinkan atau mendorong anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan jasmani.
3.      Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan komunikasi yang luas.

Lebih lanjut Piaget (F. J Monks, dkk, 2004:217-224) dalam teori perkembangan kognitif peserta didik membedakan 4 stadium dalam perkembangan kognitif yaitu 1) Stadium Sensori Motorik, 2) Stadium Pra-operasional, 3) Stadium Operasional Konkrit, 4) Stadium Operasional Formal. Pembagiaanya adalah sebagai berikut:
1.      Stadium Sensori Motorik (0-18 bulan atau 24 bulan)
Stadium ini terdiri dari 6 sub stadium. Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium ini, intelegensi anak baru tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik. Menurut Piaget, dalam stadium ini yang terpenting adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangkan saja.
2.      Stadium Pra-operasional (18 bulan-7 tahun)
Stadium pra-operasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistemastis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung), serta bayangan dalam mental. Semua proses ini menunjukan bahwa anak mampu melakukan perbuatan simbolis. Piaget berpendapat bahwa berpikir secara pra-operasional masih bersifat egosentrisi. Anak belum mampu secara perseptual, emosional-motivasional, dan konseptual untuk mengambil perspektif orang lain. Cara berpikirnya memusat dan tidak dapat dibalik.
3.      Stadium Operasional Konkrit (7 tahun-11 tahun)
Stadium ini digambarkan sebagai menjadinya positif ciri-ciri yang negatif pada stadium berpikir pra-operasional. Cara berpikir anak pada tahap ini kurang egosentris yang ditandai dengan desentrasi yang besar, misalnya saja anak sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi satu sama lain. Lebih lanjut lagi Paiget manyatakan bahwa anak sudah memperhatikan aspek dinamis dalam perubahan situasi sehingga anak juga mampu mengerti operasi logisnya pembalikan. Namun menurut Piaget, kekurangan pada tahap ini sebelumnya telah ditunjukan secara implisit dalam penamaan tahap operasional konkrit, yaitu anak mampu melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, apabila anak dihadapkan pada sesuatu masalah secara verbal tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum  mampu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik.
4.      Stadium Operasional Formal (11 tahun ke atas)
Pada stadium operasional formal, terdapat dua sifat penting, yaitu: a) sifat deduktif-hipotesis dan b) berpikir operasional formal juga berpikir kombinasitoris. Adapun jabaran masing-masing sifat adalah sebagai berikut.
a.       Sifat deduktif-hipotesis ditunjukan dengan anak yang berpikir operasional formal memiliki cara untuk memecahkan masalah yaitu dengan memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Anak pada tahap ini akan menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Kemudian atas dasar analisisnya tersebut, ia lalu membuat strategi penyelesaian. Analisis tersebut dilakukan secara verbal. Anak lalu mengadakan pendapat-pendapat tertentu yang juga disebut dengan preposisi kemudian mencari hubungan anatara preposisi tersebut. Maka dari itu pada tahap ini disebut juga tahap berpikir proposional.
b.      Berpikir operasional formal juga berpikir kombinasitoris. Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan bagaimana dilakukannya analisis. Pada tahap ini tampak kemungkinan oprang mempunyai tingkah laku “problem solving” yang betul-betul ilmiah serta memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis dengan variabel tergantung.
Berdasarkan jabaran tersebut, tampak bahwa anak kelas tinggi Sekolah Dasar pada umumnya berada pada tahap operasional konkrit dimana cara berpikirnya masih memerlukan benda konkrit agar anak lebih mudah untuk memahami.
Perkembangan peserta didik menurut Elizabeth Hurlock (1980: 146) adalah sebagai berikut:
“Anak usia sekolah dasar termasuk dalam akhir masa kanak-kanak. Label yang diberikan pada pendidik terhadap anak yang berada pada tahap akhir masa kanak-kanak adalah usia sekolah dasar  dimana pada tahap tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuian diri pada tahap dewasa dan mempelajari berbagai ketrampilan penting tertentu , baik ketrampilan kulikuler maupun ekstrakulikuler. Selain itu para pendidik juga memberi label sebagai masa kritis, dimana anak membentuk kebiasaan untuk menjadi sukses, tidak sukses, atau sangat sukses.”

 Berdasarkan jabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa usia sekolah dasar merupakan masa yang penting untuk membentuk dasar pengetahuan, ketrampilan, dan tingkah laku yang akan terbawa hingga masa dewasa.

No comments:

Post a Comment